Jumat, 03 September 2010

Sejarah Dunia Islam

KELAHIRAN MUHAMMAD S.A.W


Tanggal Kelahiran Muhammad s.a.w.

Pada tanggal 20 April 571 M, bertepatan dengan 11 Rabi’ul Awwal tahun dimana bangsa Ethiopia menyerang Makkah untuk meruntuhkan Ka’bah, lahirlah seorang pemimpin besar, Nabi Muhammad s.a.w.

Keadaan Keluarga Muhammad s.a.w

Ia lahir dari keluarga yang miskin harta, tapi kaya budi. Ayahnya ialah Abdullah bin Abdul Muttolib bin Hisyam bin Abdi Manaf bin Qusay bin Kilab, ia dari kalangan suku Quraisy yang berpengaruh dan berkuasa di Makkah. Ibunya ialah Aminah binti Wahab, bin Abdi Manaf juga keturunan Quraisy. Ia adalah seorang yatim piatu, ayahnya wafat sebelum ia lahir, dan ibunya wafat dikala ia masih berusia 6 tahun. Ia dipelihara oleh kakeknya seorang pemimpin Quraisy Abdul Muttolib.

Pengasuh-pengasuh Muhammas.s.a.w

Akan tetapi dikala ia berumur sembilah tahun kakenya itu wafat, kemudian ia diasuh oleh pamannya yaitu Abu Tolib. Sejak kecil ia diasuh dan disusui oleh Halimah dari suku Sa’diyah.

Mengembala Kambing

Setelah kakeknya Abdul Muttolib wafat, Muhammad mengembala kambing di Makkah, dan sesudah itu ia berniaga ke Syam (Siria). Usahanya yang demikian itu menimbulkan sifat-sifat berani dan satria yang layak bagi seorang saudagar dikala itu, untuk menjaga harta benda dan membela jiwa raganya, kalau kafilahnya diserang oleh orang Baduwi ditengah jalan. Ia dikenal sebagai pemuda yang lurus dan jujur, sehingga mendapatkan gelar ‘Al-Amin’ (yang jujur dan benar).
Dari perniagaan itu ia kenal dengan Khadidjah binti Khuwailid, janda dari seorang bangsawan di Makkah. Ia memberi Muhammad modal untuk berniaga.
Adapun Khadidjah ini adalah seorang wanita hartawan dan seorang yang teramat mulia diantara sekian wanita Quraisy, bangsawan dan dari keluarga mulia. Kemudian Muhammad kawin dengan Khadidjah, pada usia 25 tahun, sedangkan Khadidjah berusia 40 tahun. Dari perkawinannya dengan Khadidjah mendapatkan keturunan 6 orang putera dan puteri.

PENGANGKATAN MUHAMMAD SEBAGAI RASUL


Wahyu Pertama

Semenjak kecil Muhammad gemar sekali menyendiri. Ia tidak pernah mengikuti orang Quraisy yang lain menyembah berhala, minum arak dan judi. Ia suka ber khalwat melakukan ibadah di gua Hira’ di luar kota Makkah.
Pada suatu hari ketika Muhammad berkhalwat (menyendiri) menenangkan hati di gua Hira’, tiba-tiba turunlah Jibril (malaikat yang menyampaikan wahyu kepada para nabi) ke tempat itu, lalu berkata: “اقرأ (bacalah)” Muhammad menjawab: “مَا أَنَا بِقَارِئٍ’ (aku tidak bisa membaca)”, sampai tiga kali, lalu Jibril membacakan:

“اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الذِي خَلَقَ، خَلَقَ الإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ، اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الأَكْرَمُ الذِيْ عَلَّمَ بِالقَلَمِ، عَلَّمَ الإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ. (العلق: 1-5)

Wahyu Kedua

Beberapa hari lamanya wahyu itu terputus datangnya, kemudian turunlah wahyu yang kedua ini memerintahkan kepada nabi Muhammad supaya menyeru manusia kepada Islam;  يَا أَيُّهَا المُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ  (Hai orang-orang yang berselimut, bangunlah, lalu mengajarlah).
Maka turunnya ayat ini Muhammad memulai berdakwah kepada islam secara tersembunyi, menyeru manusia untuk beriman kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, menganut agama tauhid. Pada permulaannya seruan ini hanya  dianut oleh kaum kerabatnya saja, seperti isterinya Khadidjah, anak pamannya Ali bin Abi Talib. Kemudian beberapa orang pemimpin suku Quraisy, diantaranya Abu Bakar, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Abdurrahman bin ‘Auf.

TEKANAN DARI PARA PEMBESAR QURAISY


Kekhawatiran Para Pembesar Quraisy akan kehilangan kedudukan

Sesungguhnya tidaklah akan timbul kebencian dan aniaya kaum Quraisy atas diri Muhammad, kalau ia hanya bertindak semata-mata untuk memperbaiki budi pekerti dan pergaulan hidup mereka saja, dan tidak menyinggung  soal berhala. Tersinggungnya soal berhala ini menyebabkan orang Quraisy merasa takut atas keselamatan harta bendanya, karena kemegahan dan kemewahan mereka yang erat hubungannya dengan pemujaan terhadap berhala, oleh karena itu dakwah nabi yang hendak menghancurkan berhala, membuat para pembesar Quraisy yang tidak beriman bersekutu untuk memberikan tekanan kepada Muhammad dan para pengikutnya. Diantara pemuka Quraisy yang sangat membencinya ialah Abu Lahab dan Abu Jahal, paman nabi sendiri.

HIJRAH PERTAMA


Hijrah ke Habasyah (Ethiopia)

Ketika tekanan dari para pemuka Quraisy atas Nabi dan para pengikutnya makin besar, mereka tidak tahan lagi tinggal di Makkah, mereka diperintahkan oleh Nabi hijrah ke negeri Habasyah (Ethiopia). Meskipun penduduknya menganut agama Kristen, tetapi Nabi mengetahui bahwa Negusnya (rajanya) suka menerima para pedangang dan pengungsi, dan pengetahuan agamanya juga luas. Maka kurang lebih 100 orang hijrah ke Habasyah, dan tak lama kemudian mereka kembali pulang ke Makkah.

HIJRAH KE MADINAH


Penduduk Yatsrib Memeluk Islam

Peluang musim haji (ziarah Ka’bah) dipergunakan Nabi untuk menyiarkan da’wahnya kepada orang-orang yang datang mengerjakan haji. Dengan demikian, beberapa penduduk Yatsrib memeluk Islam, yang kemudian mereka menyiarkan Islam di negeri mereka.
Pada musim haji berikutnya jumlah mereka semakin bertambah, pada yang kedua ini berjumlah 70 orang laki-laki dan 2 orang wanita. Dengan sembunyi-sembunyi mereka memohon agar Nabi Muhammad s.a.w. sudi pindah ke negeri mereka, dan berjanji akan membela dan memberi perlindungan atas diri Nabi. Permohonan orang-orang Yatsrib ini diketahui oleh Nabi dan menyuruh para sahabatnya untuk berangkat terlebih dahulu kesana.
Tidak heran kalau permohonan ini diterima nabi, karena beliau telah kehilangan dua orang yang melindunginya, yaitu Khadidjah isterinya dan Abu Talib pamannya. Kedua orang pembela ini telah mendahului menemui Tuhannya. Sepeninggal keduanya ancaman dan tekanan atas Nabi semakin banyak dan kuat, sehingga pada suatu saat ia datang ke Taif dengan tujuan mencari perlindungan, tapi penduduk Taif justru mengancamnya.
Begitu rencana nabi untuk Hijrah tercium oleh para pemuka Quraisy, mereka sepakat untuk membunuh Nabi Muhammad s.a.w. Namun berkat perlindungan Allah Yang Maha Kuasa, Nabi Muhammad dan sahabatnya Abu Bakar Siddiq bisa keluar dari Makkah pada malam hari dengan selamat, sedang Ali bin Abi Talib tinggal tidur di atas  tempat tidur Nabi.

Yatsrib menjadi Madinah Al-Munawwarah

Sejak nabi hijrah ke Yatsrib, kota itu dinamai Madinaturrasul (Kota Rasul). Kemudian disebut Madinah atau al-Madinah al-Munawwarah (kota yang bercayaha).
Sesungguhnya da’wah Rasul menyeru manusia memeluk agama Islam disambut dengan gembira oleh warga Yatsrib, Aus dan Khazraj, yaitu dua diantara kabilah Arab yang terkenal dengan kegagahan dan keberaniannya.
Hari hijrahnya Rasulullah dan para sahabatnya (16 Juli 622 M) dipandang sebagai permulaan zaman baru, zaman yang membentangkan peluang pengembangan agama Islam dan kaum muslimin. Oleh karena demikian maka ia dijadikan sebagai awal perhitungan tahun qamariah dengan nama ‘Tauh Hijrah’. Yang pertama kali menggunakannya ialah Khalifah Umar bin Khattab r.a.

NEGARA ISLAM DI MADINAH


Muhajirin dan Anshar sebagai perisai Islam

Setelah da’wah Islam telah menyeluruh di kota Madinah, tidak lama kemudian para tonggak pembela agama Islam sudah banyak, mereka senantiasa siap sedia mengorbankan apa saja untuk membela Nabi dan agamanya. Sementara itu beliau mulai mengatur kota Madinah. Beliau dirikan sebuah masjid raya tempat mengerjakan syari’at agama dan untuk menyemarakkan syi’arnya. Warga Yatsrib berhasil beliau satukan yang diikat dengan tali cinta-kasih. Kaum yang menyambut hijrahnya Nabi dan para sahabatnya ini dinamakan dengan ‘Al-Anshar” (Penolong).
Antara orang Muhajirin (sahabat-sahabat yang pindah dari Makkah ke Madinah) dan Anshar  diberikan oleh nabi hak yang sama. Muhajirin dan Anshar menjadi tiang pancang perkembangan Islam, sendi kebesaran dan keagungannya.
Nabi melarang penduduk Madinah melakukan penumpahan darah dan balas dendam seperti yang terdapat pada zaman jahiliah. Nabi menyuruh mereka datang meminta keputusan kepadanya dalam segala perselisihan yang terjadi diantara mereka. Dengan demikian Nabi Muhammad s.a.w. telah meletakkan dasar-dasar pemerintahan Islam. Demikianlah Nabi senantiasa menganjurkan semangat persaudaraan, mengasihi anak-anak yatim, perempuan janda,  hamba sahaya dan perbuatan membangun peri kemanusiaan yang sejati.

PERSIAPAN MENGHADAPI PENDUDUK MAKKAH

Setelah Nabi Muhammad s.a.w. selesai mengatur kota Madinah, Nabi memulai menyiapkan pertahanan untuk membela mempertahankan kota Madinah dari serangan orang Makkah (Quraisy), yang selalu berusaha membalas dendam kepada warga Yatsrib yang telah berani melindungi Nabi Muhammad s.a.w. dan sahabat-sahabatnya. Nabi memimpin sendiri tentara yang dibentuknya. Nabi sendiri terjun langsung dalam kancah peperangan yang berbuah tersebarnya agama Islam di semenanjung Arabia.

PEPERANGAN MEMBELA ISLAM

Peperangan antara kaum musyrik yang hendak menghancurkan Islam dan pasukan kaum muslimin yang mempertahankan Islam kerap terjadi, diantara peperangan disertai oleh Rasulullah s.a.w. yang biasa dinamakan dengan Ghazwah dan sebagian peperangan tidak disertai Rasulullah .s.a.w. yang biasa dinamakan dengan Sariyah.
Diantara peristiwa penting yang disertai Rasulullah s.a.w. ialah:
  1. Ghazwah Badar Kubra
  2. Ghazwah Uhud
  3. Ghazwah Khandaq
  4. Ghazwah Hudaibiyah
  5. Ghazwah Muktah
  6. Fathu Makkah
  7. Ghazwah Tabuk
  8. Haji Wada’

Perang Badar (Badar Kubra)

Peperangan ini terjadi dalam bulan Ramadhan pada tahun kedua Hijrah, antara kaum muslimin dengan musyrikin Quraisy, di suatu tempat bernama Badar antara Makkah dan Madinah, yang disitu terdapat pasar yang diramaikan setahun sekali.
Adapun sebabnya ialah, bahwa nabi Muhammad s.a.w. memutuskan hendak merintangi perniagaan orang Quraisy ke negeri Syam guna melemahkan kekuatan mereka, sebagai imbangan perbuatan mereka menghalangi ummat Islam mengerjakan ibadah haji ke Baitul Haram di Makkah. Namun ketika beberapa sahabat sampai di tempat yang akan dilewati oleh kafilah Abu Sufyan mereka telah berlalu. Maka nabi memerintahkan beberapa orang sahabat untuk menghadang kafilah-kafilah Quraisy setelah pulang dari Syam.
Abu Sufyan mendengar berita akan keluarnya orang-orang Islam, maka ia memberi kabar ke Makkah, orang-orang Makkah juga keluar memenuhi panggilan, jumlah mereka antara 900 – 1000 orang. Mereka hendak menuju Badr dan bermalam disana.
Sebaliknya pihak muslimin juga menuju mata air Badr, atas usul sahabat Hubab untuk membuat kolam di mata air itu dan sumur kering lainnya ditimbun, sehingga orang-orang Quraisy tidak mendapatkan air.
Ditempat ini Aswad bin Abil Asad hendak menerobos muslimin untuk menuju kolam, tapi ditebas oleh Hamzah, orang Quraisy mengajukan perang tanding, maka Hamzah, Ali dan Ubaida maju dihadapi utusan Quraisy, Hamzah menghadapi Syaiba, Ali menghadapi Walid dan Ubaida menghadapi Utba. Ketiga orang Quraisy mati terbunuh, ketika itu sekalian orang Quraisy maju menyerang muslimin.
Maka terjadilah pertempuran sengit antara ummat Islam dengan kafir Quraisy. Laskar muslimin dipimpin langsung oleh Rasulullah s.a.w. Pertempuran ini dikenal dengan perang Badar.

Pengaruh Perang Badar

Jumlah pasukan Islam ketika itu hanya 316 orang, sedangkan orang Quraisy berjumlah 1000 orang. Namun berkat keberanian dan kesabaran tentara Islam dalam menghadapi kematian karena mengharap ridha Allah semata, mereka mendapatkan kemenangan yang besar. Dari pasukan Islam mati syahid sebanyak 14 orang, sedangkan dari pihak musyrikin Quraisy meninggal 70 orang, termasuk para pembesar Quraisy diantaranya Abu Jahal paman Rasulullah s.a.w.
Kemenangan pada peperangan inilah yang berpengaruh besar pada kejayaan Islam berikutnya, sehingga banyak orang Arab yang memeluk Islam.
Adapun tawanan perang dibagi menjadi dua bagian, orang-orang yang kaya dan yang miskin. Orang yang kaya boleh ditebus oleh keluarganya dengan harta benda, dan orang miskin disuruh mengajarkan membaca dan tulis kepada masing-masing 10 anak muslim Madinah.

Perang Uhud

Peperangan ini terjadi pada tahun ketiga Hijrah, dekat bukit Uhud di sebelah Timur Laut kota Madinah.
Sebabnya ialah karena orang Quraisy hendak menuntut balas atas kekalahan mereka dalam perang Badar. Tiga ribu orang tentara musyrik Quraisy berhadapan dengan tujuh ratus orang laskar Islam. Pada permulaan pertempuran orang Islam memperoleh kemenangan. Tetapi kemudian diantara mereka melanggar aturan perang yang diperintahkan oleh Nabi, yaitu turunnya 50 pemanah dari bukit setelah melihat kemenangan berada ditangan muslimin. Kosongnya bukit dari pemanah itulah yang memberanikan orang Quraisy menyerbu muslimin. Tentara Islam yang gugur sebanyak 70 orang, diantaranya adalah Hamzah paman Nabi dan salah satu tonggak perjuangan Islam. Nabi juga mendapat luka dalam pertempuran itu dan jatuh dalam lubang yang disiapkan oleh musuh.
Sementara itu orang musyrik bersorak bahwa Nabi telah terbunuh. Maka terjadilah kekacauan dalam barisan ummat Islam. Akan tetapi pihak tentara Quraisy juga banyak yang mati. Kemudian mereka kemali ke Makkah karena mereka merasa telah puas telah membalas atas kekalahan mereka pada perang Badar.

Perang Khandaq

Setelah terusirnya Bani Qainuqa’ dan Bani Nadhir, maka permusuhan orang Yahudi atas orang Islam semakin luas, mereka menghasut orang Quraisy untuk turut menyerang muslimin di Madinah.
Mereka yang akan menyerang muslimin terdiri dari beberapa kelompok maka mereka diberi nama dengan Ahzab, dari pihak Quraisy 4000 prajurit, 300 orang berkuda dan 1500 orang dengan unta. Mereka dipimpin oleh Abu Sufyan. Banu Fajara dipimpin oleh Uyaina bin Hishn dengan pasukan besar dan 100 unta. Banu Asyja 400 prajurit dipimpin oleh Al-Harits bin Auf dan Banu Murra 400 prajurit dipimpin oleh Mis’ar bin Rukhaila, Sulaim dengan 700 prajurit. Bergabung pula Bani Sa’d dan Asad. Sehingga jumlah mereka mencapai 10000 orang. Mereka berangkat ke Madinah dipimpin oleh Abu Sufyan.
Dalam perang ini orang Islam memperlihatkan kemahirannya tentang membuat pertahanan. Mereka menggali lobang perang (khandaq) di sekeliling kota Madinah dan disanalah mereka bertahan.
Orang-orang Quraisy sangat terkejut menemukan bentuk pertahanan yang belum mereka kenal yaitu dengan Khandaq, mereka mengepung kota Madinah kurang lebih 20 hari. Kemudian timbullah perselisihan dalam barisan musuh yang mengepung itu, karena lamanya masa pengepungan. Namun peperangan harus dilanjutkan, pasukan Musyrikin dibagi menjadi tiga: sebuah pasukan dibawah pimpinan Ibnul A’war Assulami dari jurusan sebelah atas lembah, satu pasukan dipimpin oleh Uyayna bin Hishn dari samping, dan satu pasukan dipimpin oleh Abu Sufyan di jurusan parit.
Beberapa orang yang menebus parit banyak menemui ajal dan yang lain lari tunggang langgang, perselisihan terjadi antara beberapa kelompok.
Dimalam harinya angin topan bertiup kencang sekali, disertai oleh hujan yang turun dengan lebat, diselingi oleh halilintar yang saling sambung-menyambung. Akhirnya mereka terpaksa pulang kembali ke Makkah dengan kecewa, dengan membawa perbekalan seringan mungkin. Kemenangan kembali dapat diraih oleh kaum muslimin.

Perang Hudaibiyah

Sesungguhnya kegagalan penyerangan orang Quraisy dan sekutunya ini, besar sekali pengaruhnya dan mempercepat tersiarnya agama Islam di jazirah Arab.
Kemudian pada tahun keenam Hijrah, keluarlah Nabi dengan membawa 1.400 ummat Islam menuju Makkah, dengan maksud hendak mengerjakan umrah, yaitu menziarahi Baitul Haram di luar musim haji. Di tengah jalan menjelang Makkah Nabi bertemu dengan barisan orang Quraisy, maka terjadilah perundingan antara kedua belah pihak. Orang Quraisy takut akan pembalasan ummat Islam, oleh karena itu mereka minta berdamai. Akhirnya terjadilah perjanjian tidak saling serang antara kedua belah pihak, dalam masa sepuluh tahun lamanya. Perjanjian ini dinekal dengan nama ‘Perjanjian Hudaibiyah’.

Seruan Kepada Para Raja

Dakwah Nabi Muhammad s.a.w. menyeru manusia masuk Islam tidak hanya di tanah Arab saja, melainkan meliputi ke sekalian negeri sebagaimana diterangkan dalam al-Qur’an dan Hadits:

تَبَارَكَ الذِيْ نَزَّلَ الفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُوْنَ لِلْعَالَمِيْنَ نَذِيْرًا

Artinya: Maha Suci Tuhan yang telah menurunkan Qur’an kepada hamba-Nya agar dia menjadi pengajar bagi semesta alam.

أَلاَ إِنِّي لَرَسُوْلُ اللهِ إِلَيْكُمْ خَاصَّةً وَلِلنَاسِ كَافَّةً

Artinya: Ketahuilah, aku ini Rasul Tuhan kepadamu khususnya dan kepada sekalian manusis umumnya.
Oleh karena demikian, peluang perjanjian genjatan senjata dengan orang Quraisy dipergunakan oleh rasulullah dengan sebaik-baiknya. Dalam tahun keenam dan ketujuh Hijrah, Nabi mengirimkan surat-surat dan utusan kepada para raja dan para amir, menyeru mereka memeluk agama Islam.
Surat-surat Rasulullah s.a.w. tersebut dikirmkan kepada:
  1. Negus Ethiopia Ashamah bin Abjar, dibawa oleh Ja’far bin Abi Talib.
  2. Gubernur Romawi di Mesir Mukaukis , dibawa oleh Hatib bin Abi Balta’ah.
  3. Kisra Persia Khorsu II, dibawa oleh Abdullah bin Hadzafah as-Sahami.
  4. Kaisar Romawi Heraklius, dibawa oleh Dahyah bin Khalifah al-Kalbi.
  5. penguasa Bahrain Al-Mundzir bin Sawi , dibawa oleh al-‘Ala’ bin al-Hadramy.
  6. Pemimpin Yamamah Hudzah bin Ali , dibawa oleh Salit bin Amru al-Amiry.
  7. Penguasa Damaskus Harits bin Abi Syamr al-Ghassani, dibawa oleh Syuja’ bin Wahab dari Bani Asad.
  8. Raja Oman Jaifar dan saudaranya Abdu Ibnil-Jalnadi, dibawa oleh Amru bin al-Ash.

Nabi meramalkan kematian Kisra Persia

Seruan Dakwah Nabi kepada para Raja dan Amir untuk memeluk Islam diterima dengan baik oleh sebagian pemimpin, seperti Mukaukis Gubernur Mesir, dan ada pula yang diterima dengan cemooh dan hinaan oleh yang lain, seperti oleh Kisra Persia (Khorsu II) yang mengoyak-ngoyak surat Nabi itu dengan sombongnya. Bahkan untuk menambah kecongkakan dan takaburnya, diperintahkan pula kepada gubernurnya di Yaman, yang bernama Bazan, untuk mengirimkan dua orang utusan untuk menceriterakan perbuatannya yang rendah itu kepada Nabi. Kepada kedua utusan itu Nabi menegaskan bahwa dalam masa tidak berapa lama lagi Kisranya akan mati dibunuh orang, dan kerajaannya akan robek-robek sebagaimana ia merobek surat Nabi kepadanya.
Setelah kedua utusan itu kembali, kemudian kedua utusan itu bercerita tentang ramalan Nabi Muhammad s.a.w. akan nasib Persia. Kebetulan tidak lama kemudian datang berita kepada Bazan mengabarkan bahwa Kisra telah mati dibunuh orang, maka berimanlah Bazan serta pengikut-pengikutnya kepada Nabi dan merekapun lalu memeluk agama Islam.
Dan sekalian para raja dan penguasa mendapatkan nasib mereka dan kerajaan mereka sebagaimana ia menerima surat Rasulullah s.a.w.

Perang Muktah

Rasulullah s.a.w. juga mengirimkan surat kepada para kepala suku Arab, yang umumnya memeluk agama Nasrani dan berdiam dekat perbatasan Siria yang takluk dibawah kekuasaan Roma, untuk menyeru mereka memeluk agama Islam. Tetapi utusan Nabi tersebut justru dibunuh, maka pada tahun 8 H. Nabi mengerahkan tiga ribu orang balatentara dibawah kepemimpinan Panglima Zaid bin Haritsah. Angkatan ini berhadapan dengan laskar Heraklius yang terdiri dari bangsa Romawi dan Arab, dan terjadilah pertempuran di desa Muktah, yang berbatasan dengan Siria. Dalam pertempuran ini Zaid gugur, kemudian kepemimpinan diserahkan kepada dua orang, yaitu panglima Abdullah bin Rawahah dan Ja’far bin Abi Talib. Setelah kedua pemimpin ini gugur pula, ummat Islam memilih Khalid bin Walid menjadi panglima. Dibawah kepemimpinan Khalid bin Walid inilah laskar Islam ditarik mundur dengan teratur, sebab kekuatan musuh amat besar. Dan kemudian dari Panglima Khalid membawa tentaranya pulang ke Madinah. Dan tentara Romawi tidak sanggup mengejarnya.

Khalid bergelar “Saifullah”

Sewaktu pertempuran di Muktah itu turunlah wahyu kepada Nabi memceriterakan jalannya pertempuran dan pahlawan-pahlawan yang telah gugur. Kemudian Nabi menaiki mimbar lalu berpidato menerangkan suasana pertempuran dan keguguran ketiga pahlawan itu: Zaid, Abdullah dan Ja’far, kemudian ‘ujar Nabi lebih lanjut’ bendera Islam dipegang oleh Saifullah (pedang Tuhan) Khalid bin Walid. Demikianlah, sejak itu Khalid bergelar ‘Saifullah’.

Fathu Makkah

Warga Makkah telah mengadakan perjanjian damai yang mereka ikat dengan Nabi pada tahun 6 H. Mereka menyerang suku-suku yang bersahabat dengan ummat Islam. Suku-suku itu lalu meminta pertolongan kepada Nabi. Permintaan itu segera Nabi tanggapi. Demikianlah, pada tahun 8 H. Nabi mengerahkan 12.000 ummat Islam menuju Makkah.

Memusnahkan Berhala

Ketika orang Makkah mengetahui kedatangan tentara Islam itu, maka para pemimpin mereka menyerahkan diri, dikepalai oleh Abu Sofyan. Kedatangan Abu Sufyan diterima oleh Nabi dengan segala kehormatan, dan ummat Islampun lalu memasuki kota Makkah dengan tanpa pertumpahan darah. Kemudian Nabi memerintahkan para pengikutnya untuk memusnahkan berhala-berhala dari sekeliling Ka’bah, dan Nabi mengucapkan: “Katakanlah, telah datang yang benar dan telah musnah yang batil, yang batil itu pasti punah”.
Sesungguhnya diantara sebab-sebab yang memudahkan penaklukan Makkah, ialah karena masuk Islamnya Khalid bin Walid dan ‘Amru bin ‘Ash, dua orang panglima Arab yang ternama.

Pemberian Maaf

Sekalipun Nabi Muhammad s.a.w. memasuki kota Makkah bagai seorang panglima yang menang, namun Nabi tetap memberi ma’af kepada warga Makkah yang dahulunya menganiaya Nabi dan sahabat-sahabatnya.
Setelah selesai pembebasan Makkah, datanglah utusan suku-suku dari berbagai penjuru negeri Arab menghadap Nabi dan merekapun berduyun-duyun memasuki agama Islam, sehingga kalimat Allah kuat dan jaya.

Perang Tabuk

Perang Tabuk adalah peperangan Rasulullah s.a.w. yang terakhir. Sebab dari perang ini adalah sampainya berita kepada Rasulullah s.a.w. bahwa orang Roma telah bersiap lengkap di perbatasan Palestina dan hendak menyerang ummat Islam. Dalam angkatan perang Roma itu terdapat beberapa suku Arab.
Untuk menghadapi musuh itu Rasulullah s.a.w. menyerukan jihad kepada ummat Islam dan Rasulullah pun keluar bersama angkatan perangnya menuju Syam. Setelah rasulullah tiba di Tabuk yaitu suatu tempat antara Madinah dan Palestina, berhentilah Rasulullah untuk beberapa hari dan mengikat perdamaian dan persahabatan dengan penduduknya. Kemudian datanglah utusan dari Aylah (di pesisir laut Kaizun) dan dari tempat yang lainnya mengikat perdamaian dengan Rasulullah. Sementara itu Khalid bin Walid membawa sebagian tentara Islam ke Dumatul Jandal dan menaklukkan daerah itu. Kemudian Rasulullah pulang ke Madinah. Perang Tabuk ini adalah perang yang terakhir di zaman Nabi.

HAJI WADA’


Haji Terakhir

Pada tahun 10 H, Nabi keluar beserta 100.000 kaum muslimin melakukan ibadah haji. Khutbah Nabi di dekat bukit Arafah menjadi pusaka abadi bagi ummat Islam. Dalam khutbah itu Nabi menyatakan landasan-landasan dan peraturan-peraturan agama Islam, serta menyerukan persamaan diantara sesama manusia. Nabi bersabda: “Hai sekalian manusia, ketahuilah bahwasannya Tuhanmu Satu dan bapakmu satu. Kamu sekalian adalah turunan Adam dan Adam dijadikan dari tanah. Sesungguhnya orang yang teramat mulia di sisi Allah ialah orang yang teramat takwa kepada-Nya. Tak ada keutamaan bagi bangsa Arab atas bangsa ‘ajam (selain Arab), kecuali hanya dengan takwa”.
Ketika itu turunlah wahyu yang terakhir: “
“اليَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيْتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيْنًا”
Artinya: “Hari ini telah Kami sempurnakan bagimu agamamu dan telah Kami cukupkan ni’mat Kami atasmu dan Kami nyatakan keridhaan Kami bagimu Islam menjadi agamamu”.
Haji kali ini diberi nama ‘Haji Wada’ (Perpisahan) karena inilah ibadah hari Rasulullah yang terakhir, dan dengan demikian sempurnalah kerasulan Muhammad s.a.w. kepada ummat manusia.

WAFATNYA RASULULLAH

Belum genap tiga bulan sesudah haji wada’ itu, rasulullah sakit, dan pada hari Senin 13 Rabi’ul Awwal 11 H. bertepatan dengan 8 Juli 632 M. rasulullah berpulang ke rahmatullah dalam usia 63 tahun; sesudah sempurna beliau menyampaikan kerasulan beliau dan sesudah beliau mempersatukan bangsa Arab yang terdiri dari suku-suku yang selama ini hidup bermusuh-musuhan. Semenjak itu ummat Arab bersatu-padu laksana suatu bangunan yang kokoh, yang sukar dapat dirobohkan.

SIFAT-SIFAT NABI MUHAMMAD


Sifat-sifat mulia yang terhimpun dalam diri Nabi

Adapun Nabi Muhammad s.a.w. itu, mempunyai sifat-sifat yang maha terpuji. Pada diri beliau berhimpun pula yang baik dan budi yang mulia, segala akhlak yang terpuji menjadi hiasan dalam diri beliau. Beliau adalah lubuk akal lautan budi lagi halus bertutur kata. Fikiran beliau cerdas dan cemerlang. Tutur kata beliau ringkas dan hikmat. Cepat berpikir, tangkas dan apabila beliau ditanya tentang suatu masalah, dengan segera beliau dapat menjawabnya dan jawaban itu disertai dengan adab dan sopan-santun. Selain itu beliau juga ahli politik yang bijaksana. Batin beliau suci murni, dan mengetahui akan hakekat pekerjaan. Beliau lurus dan jujur, mulia budi lagi satria, senantiasa terjauh dari kesalahan. Beliau penyantun dan penyayang, mempunyai neraca keadilan.
Ringkasnya, segala sifat yang mulia yang dianugerahkan Allah kepada hamba-Nya yang pilihan, terkumpul pada diri beliau.
Sesungguhnya tepat sekali ayat Qur’an yang menyatakan kelebihan sifat Rasulullah yaitu firman Allah: “Wainnaka la’ala Khuluqin ‘Adzim”. Artinya: “Sesungguhnya engkau ya Muhammad adalah budiman yang besar”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar